Thursday, March 12, 2009

Hochiminh city - vietnam






Kota Ho Chi Minh (bahasa Vietnam: Thành phố Hồ Chí Minh), adalah kota terbesar di Vietnam dan terletak dekat delta Sungai Mekong. Dahulu namanya Prey Nokor (bahasa Khmer: ), dan saat itu kota ini merupakan pelabuhan utama Kamboja, yang kemudian ditaklukkan oleh bangsa Vietnam pada abad ke-16. Namanya kemudian berubah menjadi Saigon hingga berakhirnya perang Vietnam, dan dijadikan ibu kota koloni Perancis Cochinchina, dan ibu kota Vietnam Selatan dari 1954 hingga 1975. Pada 1975, Saigon digabungkan dengan provinsi Gia Định di sekitarnya dan diubah namanya menjadi Kota Ho Chi Minh (meskipun nama Saigon masih sering digunakan). Pusat kota ini terletak di tepi Sungai Saigon, 60 km dari Laut China Selatan



Nama asli dalam bahasa Khmer
Saigon dikenal oleh penduduk aslinya bangsa Khmer sebagai Prey Nokor (). Prey Nokor berarti "kota hutam" atau "negeri hutan" dalam bahasa Khmer (Prey = "hutan"; Nokor = "kota, negeri", dari bahasa Sansekerta nagara). Nama Prey Nokor masih digunakan di Kamboja hingga sekarang, dan oleh minoritas Khmer Krom yang tinggal di delta Mekong.

Nama tradisional dalam bahasa Vietnam
Setelah Prey Nokor dihuni oleh bangsa Vietnam yang bermigrasi dari utara, kota ini dikenal sebagai Sài Gòn. Ada banyak perdebatan mengenai asal usul nama Saigon dalam bahasa Vietnam. Etimologinya dianalisis di bawah.
Sebelum kolonisasi Perancis, nama Saigon dalam bahasa Vietnam adalah Gia Ðịnh. Pada 1862, Perancis membuang nama resmi ini dan mengadopsi nama "Saïgon", yang selalu populer sebagai Sài Gòn.
Dari sudut ortografis, nama Vietnam Sài Gòn ditulis dalam dua suku kata, yang merupakan konvensi tradisional penulisan ejaan Vietnam. Namun sebagian orang menulis nama kota ini sebagai SàiGòn atau Sàigòn untuk menghemat ruang atau memberikannya kesan barat.

Etimologi bahasa Vietnam
Sebuah etimologi yang sering terdengar ialah bahwa Sài adalah sebuah kata pinjaman dari (bahasa Tionghoa: 柴, diucapkan chái dalam bahasa Mandarin) yang berarti "kayu api, balok kayu, ranting; tiang", sementara Gòn adalah sebuah kata pinjaman lain dari bahasa Tionghoa (棍, diucapkan gùn dalam bahasa Mandarin) yang berarti "tongkat, tiang", dan yang artinya berkembang menjadi "kapas" dalam bahasa Vietnam (bông gòn, secara harafiah berarti "tongkat kapas", yaitu "pohon kapas", yang kemudian dipersingkat menjadi gòn).
Sebagian orang mengatakan bahwa nama ini berasal dari banyak tanaman kapas yang ditanam bangsa Khmer di sekitar Prey Nokor, dan yang masih dapat dilihat di kuil Cây Mai dan daerah-daerah sekitarnya. …
Trương Vĩnh Ký, "Souvenirs historiques sur Saïgon et ses environs", dalam Excursions et Reconnaissances, Imprimerie Coloniale, Saïgon, 1885.
Sebuah penjelasan lainnya ialah bahwa makna etimologis "ranting" (Sài) dan "batang kayu" (Gòn) merujuk kepada hutan yang rapat dan tinggi yang pernah ada di sekitar kota ini, hutan yang sudah dirujuk oleh nama Khmer Prey Nokor.
Orang-orang Tionghoa baik di Vietnam maupun di Tiongkok tidak menggunakan nama柴棍 (diucapkan Chaai-Gwan dalam bahasa Kantonis dan Cháigùn dalam bahasa Mandarin), meskipun secara etimologis inilah nama yang konon merupakan asal-usul nama Vietnam Sài Gòn (bila teorinya memang benar). Sebaliknya, mereka menyebut kota ini 西貢 (diucapkan Sai-Gung dalam bahasa Kantonis dan Xīgòng dalam bahasa Mandarin), yang semata-mata sebagai transliterasi fonetik nama "Saigon".

Etimologi Khmer
Sebuah etimologi lain yang sering diajukan ialah bahwa "Saigon" berasal dari "Sai Con", yang merupakan transliterasi dari kata dalam bahasa Khmer prey kor () yang berarti "hutan pohon randu" (prey = hutan; kor = pohon kapuk atau randu). Kata bahasa Khmer prey kor tidak boleh dikacaukan dengan nama Khmer "Prey Nokor" yang telah dibahas di atas (kor adalah sebuah kata bahasa Khmer yang berarti "pohon randu", sementara nokor adalah kata dalam bahasa Khmer dari bahasa Sansekerta yang berarti "kota, negeri").
Teori etimologi Khmer ini cukup menarik karena konteks Khmer ketika para pemukim Vietnam pertama tiba di daerah ini. Namun demikian, teori ini sama sekali gagal menjelaskan bagaimana kata Khmer "prey" berubah menjadi "Sài" dalam bahasa Vietnam, karena kedua suku kata ini secara fonetik sangat berbeda.

Etimologi bahasa Kantonis
Sebuah etimologi yang kurang dapat diterima diajukan oleh Vương Hồng Sển, seorang sarjana Vietnam pada awal abad ke-20, yang menegaskan bahwa kata Sài Gòn aslinya berasal dari nama Cholon dalam bahasa Kantonis (bahasa Vietnam: quốc ngữ Chợ Lớn; chữ nôm Berkas:Cholon.png), yaitu daerah Pecinan di Saigon. Nama (asli) Cholon dalam bahasa Kantonis adalah "Tai-Ngon" (堤岸), yang berarti "tembok". Teori ini berpendapat bahwa "Sài Gòn" berasal dari "Tai-Ngon".

Nama sekarang
Pada 1 Mei 1975, setelah jatuhnya Vietnam Selatan, pemerintah komunis yang kini berkuasa mengganti nama kota ini dengan menggunakan nama samaran pemimpin mereka Hồ Chí Minh. Nama yang resmi sekarang adalah Thành phố (artinya kota) Hồ Chí Minh, yang seringkali disingkat menjadi TPHCM. Dalam bahasa Indonesia, nama ini diterjemahkan menjadi Kota Ho Chi Minh, dan dalam bahasa Perancis diterjemahkan menjadi Hô Chi Minh Ville. Namun demikian, nama lama Sài Gòn/Saigon masih banyak digunakan oleh orang Vietnam dan ditemukan dalam nama-nama perusahaan, judul-judul buku, dan kadang-kadang dalam papan keberangkatan di bandara.

Sejarah
Kota Ho Chi Minh dimulai sebagai sebuah desa nelayan kecil dengan nama Prey Nokor. Wilayah yang kini menjadi daerah kota paad mulanya adalah daerah rawa-rawa dan dihuni oleh bangsa Khmer selama berabad-abad sebelum datangnya bangsa Vietnam.
Pada 1623, Raja Chey Chettha II dari Kamboja (1618-1628) mengizinkan pengungsi-pengungsi Vietnam melarikan diri dari perang saudara Trinh-Nguyen di Vietnam untuk menetap di wilayah Prey Nokor, dan membangun sebuah rumah adat di Prey Nokor. Gelombang para pemukim Vietnam yang kian bertambah, yang tidak dapat ditahan oleh kerajaan Kamboja, yang kini diperlemah oleh karena peperangan dengan Thailand, perlahan-lahan menciptakan Vietnamisasi atas daerah tersebut. Akhirnya, Prey Nokor dikenal sebagai Saigon.
Pada 1698, Nguyen Huu Canh, seorang bangsawan Vietnam, dikirim oleh para penguasa Nguyen dari Huế untuk membangun struktur administratif Vietnam di wilayah itu, dan dengan demikian memisahkannya dari Kamboja, yang tidak cukup kuat untuk melakukan intervensi. Canh seringkali dianggap berjasa karena memperluas Saigon hingga menjadi sebuah pemukiman penting. Sebuah benteng besar Vauban yang dinamai Gia Dinh telah dibangun, yang belakangan dihancurkan oleh Perancis dalam pertempuran Chi Hoa.
Setelah ditaklukkan Perancis pada 1859, kota ini dipengaruhi oleh Perancis selama pendudukan mereka atas Vietnam, dan sejumlah bangunan bergaya klasik barat di kota ini mencerminkan pengaruh tersebut. Akibatnya Saigon dijuluki sebagai "Mutiara dari Timur Jauh " (Hòn ngọc Viễn Đông) atau "Paris di Timur" (Paris Phương Đông).
Pada 1954, Perancis dikalahkan oleh komunis Viet Minh dalam Pertempuran Điện Biên Phủ, dan mengundurkan diri dari Vietnam. Bukannya mengakui pihak komunis sebagai pemerintah yang baru, mereka memberikan dukungan kepada pemerintahan yang dibentuk oleh Kaisar Bảo Đại. Bảo Đại menjadikan Saigon sebagai ibukotanya pada 1950. Saat itu Saigon dan kota Cholon (Chợ Lớn), yang kebanyakan penduduknya adalah orang-orang Tionghoa Vietnam, digabungkan menjadi satu unit administrasi yang disebut Ibukota Saigon (Đô Thành Sài Gòn dalam bahasa Vietnam). Ketika Vietnam secara resmi dibagi menjadi Vietnam Utara (Republik Demokrasi Vietnam) dan Vietnam Selatan (Republik Vietnam), pemerintahan selatan, yang dipimpin oleh Presiden Ngô Đình Diệm, mempertahankan Saigon sebagai ibukotanya.
Ketika Perang Vietnam berakhir, pada 30 April 1975, kota ini jatuh ke tangan kekuasaan Tentara Rakyat Vietnam. Di AS peristiwa ini biasanya disebut sebagai "Kejatuhan Saigon," sementara di Vietnam disebut "Pembebasan Saigon."
Pada 1976, setelah dibentuknya Republik Sosialis Vietnam yang bersatu di bawah komunis, kota Saigon (termasuk Cholon), Provinsi Gia Ðịnh dan 2 Distrik suburban dari dua Provinsi lain di dekatnya digabungkan sehingga menjadi Kota Hồ Chí Minh untuk menghormati almarhum pemimpin komunis Hồ Chí Minh. Nama lamanya Saigon masih digunakan secara luas oleh banyak orang Vietnam, khususnya dalam konteks yang tidak resmi. Biasanya, istilah Saigon hanya merujuk pada distrik-distrik urban Kota Hồ Chí Minh. Istilah "Saigon" juga dapat ditemukan di nama-nama toko di seluruh negara, bahkan juga di Hanoi. Dalam istilah-istilah seperti "Fesyen Saigon" atau "Gaya Saigon" kata "Saigon" digunakan untuk merujuk pada keanggunan dan modernitas. Kini, pusat kotanya masih dihiasi dengan jalan-jalan raya yang luas dan elegan dan gedung-gedung bersejarah kolonial Perancis. Struktur-struktur yang paling menonjol di pusat kota adalah Gedung Reunifikasi (Dinh Thống Nhất), Balai Kota (Uy ban Nhan dan), Teater Munisipal (Nha hat Thanh pho), Kantor Pos (Buu dien Thanh Pho), Museum Revolusioner (Bao tang Cach mang), Kantor Bank Negara (Ngan hang Nha nuoc), Pengadilan Rakyat (Toa an Nhan dan) dan Katedral Notre Dame (Nhà thờ Đức Bà).
Di Kota Ho Chi Minh terdapat penduduk etnis Tionghoa yang telah mapan. Cholon, yang kini dikenal sebagai Distrik 5 dan bagian-bagian dari Distrik 6, 10 dan 11, berfungsi sebagai Pecinannya.
Dengan jumlah penduduk lebih dari 7 juta (penduduk terdaftar ditambah dengan pekerja pendatang), Kota Ho Chi Minh membutuhkan peningkatan infrastruktur masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan ini, pemerintah koat dan sentral telah berupaya mengembangkan pusat-pusat urban yang baru. Dua proyek yang paing menonjol adalah pusat kota Thu Thiem di Distrik 2 (sedang dalam perencanaan, pembangunannya belum dimulai) dan proyek Pusat Kota Baru Phu My Hung di Distrik 7 (sebagai bagian dari Saigon Selatan dimana terdapat berbagai sekolah internasional seperti sekolah Jepang, Royal Melbourne Institute of Technology dari Australia, sekolah Taiwan dan Korea).

Geografi dan iklim
Kota Ho Chi Minh terletak pada 10°45' LU, 106°40' BT (10.75, 106.667) di wilayah tenggara Vietnam, 1.760 km selatan dari Hanoi. Ketinggian rata-ratanya adalah 19 meter di atas permukaan laut. Kota ini berbatasan dengan Provinsi Tay Ninh dan Binh Duong di utara, Provinsi Dong Nai dan Ba Ria - Vung Tau di sebelah timur, Provinsi Long An di barat dan Laut Timur di selatan dengan pantai yang panjangnya 20 km. Luas kotanya 2.095 km² (0.63% dari daratan Vietnam), membentang hingga ke Cu Chi (20 km dari perbatasan Kamboja), dan di bagian bawah hingga ke Can Gio di pantai Laut Timur. Jarak dari titik paling utara (Komun Phu My Hung, Distrik Cu Chi) ke titik yang paling selatan (Komun Long Hoa, Distrik Can Gio) adalah 120 km, dan dari titik paling timur (Ward Long Binh, Distrik Sembilan) hingga ke titik paling barat (Komun Binh Chanh, Distrik Binh Chanh) adalah 46 km.
Kota ini beriklim tropis, dengan kelembapan rata-rata 75%. Satu tahun dibagi menjadi dua musim yang sangat berbeda: Musim hujan dengan curah hujan rata-rata sekitar 1.800 mm per tahun (sekitar 100 hari hujan per tahun), yang biasanya dimulai pada bulan Mei dan berakhir pada akhir November. Musim kering berlangsung dari Desember hingga April. Temperatur rata-ratanya 28° C, temperatur tertinggi kadang-kadang mencapai 39° C sekitar tengah hari pada akhir April, sementara yang terendah mungkin hingga di bawah 16° C pada pagi-pagi sekali di akhir Desember.


Sumber : wikipedia